BAHASAN
Ikterus neonatorum (bayi baru lahir berwarna kuning) adalah kondisi munculnya warna kuning di kulit dan selaput mata pada bayi baru lahir karena adanya bilirubin (pigmen empedu) pada kulit dan selaput mata sebagai akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah (hiperbilirubinemia). Ikterus biasanya baru dapat dilihat kalau kadar bilirubin serum mencapai 2 - 3 mg/dl. Kadar bilirubin serum normal 0,3 – 1 mg/dl. Ikterus neonatorum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu icterus fisiologis dan icterus patologis.
Ikterus neonatorum (bayi baru lahir berwarna kuning) adalah kondisi munculnya warna kuning di kulit dan selaput mata pada bayi baru lahir karena adanya bilirubin (pigmen empedu) pada kulit dan selaput mata sebagai akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah (hiperbilirubinemia). Ikterus biasanya baru dapat dilihat kalau kadar bilirubin serum mencapai 2 - 3 mg/dl. Kadar bilirubin serum normal 0,3 – 1 mg/dl. Ikterus neonatorum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu icterus fisiologis dan icterus patologis.
Ciri-
ciri icterus neonatorum patologis yaitu :
- Ikterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupan; serum bilirubin total lebih dari 12 mg/dl.
- Peningkatan kadar bilirubin 5mg% atau lebih dalam 24 jam.
- Konsentrasi bilirubin serum melebihi 10mg% pada bayi kurang bulan dan 12,5mg% pada bayi cukup bulan.
- Icterus yang disertai proses hemolysis(inkompatibilitas darah, defisiensi enzim G-6-PD).
- Icterus menetap sesudah bayi berumur 10 hari(bayi cukup bulan) dan lebih dari 14 hari pada bayi baru lahir(bayi berat lahir rendah).
- Bilirubin direk lebih dari 1mg/dl, atau kenaikan bilirubin serum 1mg/dl/jam atau lebih 5mg/dl/hari(Ngastiyah,1997:198)
Sebab-
sebab Terjadinya Icterus Patologis
Ikterus patologik dapat terjadi karena
beberapa faktor yaitu :
1.
Inkompatibilitas Rhesus
Penyakit ini sangat jarang terdapat di
Indonesia. Penyakit ini terutama terdapat di negeri barat karena 15 %
Penduduknya mempunyai golongan darah Rhesus negatif. Di Indonesia, dimana
penduduknya hampir 100% Rhesus positif, terutama terdapat dikota besar, tempat
adanya pencampuran penduduk dengan orang barat. Walaupun demikian,
kadang-kadang dilakukan tranfusi tukar darh pada bayi dengan ikterus karena
antagonismus Rhesus, dimana tidak didapatkan campuran darah denagan orang asing
pada susunan keluarga orang tuanya.
Bayi Rhesus positif dari Rhesus negatif
tidak selamanya menunjukkan gejala klinik pada waktu lahir, tetapi dapat
terlihat ikterus pada hari pertama kemudian makin lama makin berat ikterusnya,
disertai dengan anemia yang makin lama makin berat pula. Bila mana sebelum
kelahiran terdapat hemolisis yang berat maka bayi dapat lahir dengan oedema
umum disertai ikterus dan pembesaran hepar dan lien ( hydropsfoetalis ).
2. Inkompatibilitas
ABO
Penderita
Ikterus akibat hemolisis karena inkom patibilitas golongan darah ABO lebih
sering ditemukan di Indonesia daripada inkom patibilitas Rh. Transfusi tukar
darah pada neonatus ditujukan untuk mengatasi hiperbilirubinemia karena
defisiensi G – 6 – PD dan Inkompatibilitas ABO. Ikteru dapat terjadi pada hari
pertama dan ke dua yang sifatnya biasanya ringan. Bayi tidak tampak sakit,
anemianya ringan, hepar dan lien tidak membesar, ikterus dapat menghilang dalam
beberapa hari. Kalau hemolisiinya berat, sering kali diperlukan juga transfusi
tukar darah untuk mencegah terjadinya Kern Ikterus. Pemeriksaan yang perlu
dilakukan ialah pemeriksaan kadar bilirubin serum sewaktu-waktu.
3. Penyakit
hemolitik karena kelainan eritrosit kongenital.
Golongan
penyakit ini dapat menimbulkan gambaran klinik yang menyerupai
erytrhoblasthosis foetalis akibat isoimunisasi. Pada penyakit ini coombs test
biasanya negatif. Beberapa penyakit lain yang dapat disebut ialah sperositosis
kongenital, anemia sel sabit ( sichle – cell anemia ), dan elyptocytosis
herediter.
4. Hemolisis
karena diferensi enzyma glukosa-6-phosphat dehydrogenase ( G-6-PD defeciency ).
Penyakit
ini mungkin banyak terdapat di indonesia tetapi angka kejadiannya belum di
ketahui dengan pasti defisiensi G-6-PD ini merupakan salah satu sebab utama
icterus neonatorum yang memerlukan transfusi tukar darah. Icterus walaupun
tidak terdapat faktor oksigen, misalnya obat-obat sebagai faktor pencetusnya
walaupun hemolisis merupakan sebab icterus pada defesiensi G-6-PD, kemungkinan
besar ada faktor lain yang ikut berperan, misalnya faktor kematangan hepar.
Penatalaksanaan
Keperawatan pada Icterus Patologis
Berdasarkan pada penyebabnya maka
manajemen bayi dengan hiperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah anemia dan
membatasi efek dari hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyai tujuan: (1) Menghilangkan
anemia, (2) Menghilangkan antibody maternal dan eritrosit teresensitisasi, (3) Meningkatkan
badan serum albumin, (4) Menurunkan serum bilirubin
Metode terapi hiperbilirubinemia
meliputi : fototerapi, transfuse pangganti, infuse albumin dan therapi obat.
a.
Fototherapi
Fototerapi dapat digunakan sendiri atau
dikombinasi dengan transfuse pengganti untuk menurunkan bilirubin. Memaparkan
neonatus pada cahaya dengan intensitas yang tinggi ( a bound of fluorescent
light bulbs or bulbs in the blue light spectrum) akan menurunkan bilirubin
dalam kulit. Fototerapi menurunkan kadar bilirubin dengan cara memfasilitasi
ekskresi bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini terjadi jika cahaya yang
diabsorpsi jaringan merubah bilirubin tak terkonjugasi menjadi dua isomer yang
disebut fotobilirubin. Fotobilirubin bergerak dari jaringan ke pembuluh darah
melalui mekanisme difusi. Di dalam darah fotobilirubin berikatan dengan albumin
dan di kirim ke hati. Fotobilirubin kemudian bergerak ke empedu dan di
ekskresikan kedalam duodenum untuk di buang bersama feses tanpa proses
konjugasi oleh hati. Hasil fotodegradasi terbentuk ketika sinar mengoksidasi
bilirubin dapat dikeluarkan melalui urine.
Fototerapi mempunyai peranan dalam
pencegahan peningkatan kadar bilirubin, tetapi tidak dapat mengubah penyebab
kekuningan dan hemolisis dapat menyebabkan anemia. Secara umum fototerapi harus
diberikan pada kadar bilirubin indirek 4-5 mg/dl. Noenatus yang sakit dengan
berat badan kurang dari 1000 gram harus difototerapi dengan konsentrasi
bilirubin 5 mg/dl. Beberapa ilmuwan mengarahkan untuk memberikan fototerapi
profilaksasi pada 24 jam pertama pada bayi resiko tinggi dan berat badan lahir
rendah.
b. Transfusi Pengganti
Transfusi pengganti digunakan untuk mengatasi
anemia sel darah merah yang tidak susceptible (rentan) terhadap sel darah merah
terhadap antibody maternal, menghilangkan sel darah merah untuk yang
tersensitisasi (kepekaan), menghilangkan serum bilirubin, dan meningkatkan
albumin bebas bilirubin dan meningkatkan keterikatan dangan bilirubin
Pada Rh Inkomptabilitas diperlukan
transfuse darah golongan O segera (kurang dari 2 hari), Rh negative whole
blood. Darah yang dipilih tidak mengandung antigen A dan antigen B. setiap 4 -8
jam kadar bilirubin harus di cek. Hemoglobin harus diperiksa setiap hari sampai
stabil.
c. Terapi Obat
Phenobarbital dapat menstimulus hati
untuk menghasilkan enzim yang meningkatkan konjugasi bilirubin dan
mengekskresikannya. Obat ini efektif baik diberikan pada ibu hamil untuk
beberapa hari sampai beberapa minggu sebelum melahirkan. Penggunaan
Phenobarbital pada post natal masih menjadi pertentangan karena efek sampingnya
(letargi). Coloistrin dapat mengurangi bilirubin dengan mengeluarkannya lewat
urine sehingga menurunkan siklus enterohepatika.
Simpulan
Ikterus neonatorum (bayi baru lahir berwarna kuning) adalah
kondisi munculnya warna kuning di kulit dan selaput mata pada bayi baru lahir
karena adanya bilirubin (pigmen empedu) pada kulit dan selaput mata sebagai
akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah (hiperbilirubinemia).
Icterus
dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu Inkompatibilitas Rhesus, Inkompatibilitas
ABO, Penyakit hemolitik karena kelainan eritrosit kongenital, dan Hemolisis
karena diferensi enzyma glukosa-6-phosphat dehydrogenase(G-6-PD defeciency).
Penatalaksanaan keperawatan pada icterus
patologis bertujuan untuk :
1. Menghilangkan anemia
2. Menghilangkan antibody maternal dan
eritrosit teresensitisasi
3. Meningkatkan badan serum albumin
4. Menurunkan serum bilirubin
Metode
terapi hiperbilirubinemia meliputi : fototerapi, transfuse pangganti, infuse
albumin dan therapi obat.
Saran
Icterus merupakan kondisi yang
sering dijumpai pada bayi baru lahir . Wama kuning pada kulit dan sklera
terjadi akibat akumulasi bilirubin dalam darah. Peningkatan kadar bilirubin
pada bayi baru lahir merupakan fase transisi yang normal, tetapi peningkatan
kadamya dalam darah yang berlebih dapat menyebabkan kern ikterus, yang
memerlukan penanganan khusus. Karena jika tidak ditangani akan menyebabkan
kematian. Oleh karena itu, sebagai orang tua harus menambah pengetahuan sebagai
bentuk pencegahan atau dapat mengenali ciri- ciri awal icterus sehingga bayi
yang terjangkit icterus segera mendapatkan penanganan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Surasmi,Astrining.2003.Perawatan
Bayi Resiko Tinggi.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran.
Ngastiyah.1994.Perawatan Anak
Sakit.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran.
0 komentar:
Posting Komentar